Minangkabau

Pendahuluan

Sebelum kedatangan bangsa-bangsa Barat di kawasan Nusantara ini, adat adalah satu-satunya sistem yang mengatur masyarakat dan pemerintahan, terutama di kerajaan-kerajaan Melayu, mulai dari Aceh, Riau, Malaka, Jawa, Banjar, Bugis, hingga Ambon dan Ternate. Agama Islam pada umumnya terintagrasi dengan adat-adat yang dipakai di kerajaan-kerajaan tersebut.
Adat Minangkabau pada dasarnya sama seperti adat pada suku-suku lain, tetapi dengan beberapa perbedaan atau kekhasan yang membedakannya. Kekhasan ini terutama disebabkan karena masyarakat Minang sudah menganut sistem garis keturunan menurut Ibu, matrilinial, sejak kedatangannya di wilayah Minangkabau sekarang ini. Kekhasan lain yang sangat penting ialah bahwa adat Minang merata dipakai oleh setiap orang di seluruh pelosok nagari dan tidak menjadi adat para bangsawan dan raja-raja saja. Setiap individu terikat dan terlibat dengan adat, hampir semua laki-laki dewasa menyandang gelar adat, dan semua hubungan kekerabatan diatur secara adat.

Pakaian Adat
Pakaian adat yaitu semua kelengkapan yang dimaksud dengan pakaian adat yaitu semua kelengkapan yang dipakai oleh seseorang yang menunjukkan ethos kebudayaan suatu masyarakat.
Dengan melihat pakaian seseorang, orang akan mengatakan bahwa orang tsb dari daerah sana, dan ini akan lebih jelas bila ada pawai Bhinneka Tunggal Ika. Jadi pakaian adat mewakili masyarakat dan adat sesuatu daerah membedakannya dengan adat daerah lain.
Sehubungan dengan hal tsb, maka yang akan dikemukakan dalam tulisan ini adalah pakaian adat yang biasa dipakai oleh pemangku adat dan kaum wanita di Minangkabau yang disebut juga dengan pakaian kebesaran.
Pakaian Penghulu
Pakaian Penghulu merupakan pakaian kebesaran dalam adat Minangkabau dan tidak semua orang dapat memakainya. Di samping itu pakaian tersebut bukanlah pakaian harian yang seenaknya dipakai oleh seorang penghulu, melainkan sesuai dengan tata cara yang telah digariskan oleh adat. Pakaian penghulu merupakan seperangkat pakaian yang terdiri dari:
1. Destar
Deta atau Destar adalah tutup kepala atau sebagai perhiasan kepala tutup kepala bila dilihat pada bentuknya terbagi pula atas beberapa bahagian sesuai dengan si pemakai, daerah dan kedudukannya.
Deta raja Alam bernama “dandam tak sudah” (dendam tak sudah). Penghulu memakai deta gadang (destar besar) atau saluak batimbo (seluk bertimba). Deta Indomo Saruaso bernama Deta Ameh (destar emas). Deta raja di pesisir bernama cilieng manurun (ciling menurun).
Destar atau seluk yang melilit di kepala penghulu seperti kulit yang menunjukkan isi dengan pengertian destar membayangkan apa yang terdapat dalam kepala seorang penghulu. Destar mempunyai kerut, merupakan banyak undang-undang yang perlu diketahui oleh penghulu dan sebanyak kerut dester itu pulalah hendaknya akal budi seorang penghulu dalam segala lapangan.
Jika destar itu dikembangkan, kerutnya mesti lebar. Demikianlah paham penghulu itu hendaklah lebar pula sehingga sanggup melaksanakan tugasnya sampai menyelamatkan anak kemenakan, korong kampung dan nagari. Kerutan destar juga memberi makna, bahwa seorang penghulu sebelum berbicara atau berbuat hendaklah mengerutkan kening atau berfikir terlebih dahulu dan jangan tergesa-gesa.
2. Baju
Baju penghulu berwarna hitam sebagai lambang kepemimpinan. Hitam tahan tapo, putiah tahan sasah (hitam tahan tempa, putih tahan cuci). Dengan arti kata umpat dan puji hal yang harus diterima oleh seorang pemimpin. Dengan bahasa liris mengenai baju ini dikatakan “baju hitam gadang langan, langan tasenseng bukan dek bangih, pangipeh angek nak nyo dingin, pahampeh gabuek nak nyo habih (baju hitam besar lengan, lengan tersinsing bukan karena marah, pengipas hangat supaya dingin, pengipas debu supaya habis).
Lengan baju diberi benang makau, benang besar diapit oleh benang kecil yang mempunyai pengertian orang besar mempunyai pengiring. Mengenai leher besar mempunyai pengiring. mengenai leher baju dikatakan lihie nan lapeh tak bakatuak, babalah hampie ka dado (leher yang lepas tidak berkatuk, berbelah hampir kedada) yang mempunyai arti seorang penghulu alamnya lapang buminya luas. Gunuang tak runtuah dek kabuik, lawuik tak karuah dek ikan, rang gadang martabatnyo saba, tagangnyo bajelo-jelo, kaduonyo badantiang-dantiang, paik manih pandai malulua, disitu martabat bahimpunnyo (gunung tidak runtuh karena kabut, laut tidak keruh karena ikan.
Orang besar martabatnya besar, tegangnya berjela-jela, kendurnya berdenting-denting, pahit manis pandai melulur, disana martabat berhimpunnya). Pengertian yang terkandung didalamnya adalah seorang penghulu yang tidak goyah wibawa dan kepemimpinannya dalam menghadapi segala persoalan dan dia harus bijaksana dalam menjalankan kepemimpinannya.
3. Sarawa
Ungkapan adat mengenai sarawa ini mengatakan “basarawa hitan gadang kaki, kapanuruik alue nan luruih, kapanampuah jalan pasa dalam kampung, koto jo nagari, langkah salasai jo ukuran (bercelana hitam besar kaki, kepenurut alur yang lurus, kepenempuh jalan yang pasar dalam kampung, koto dan nagari langkah selesai dengan ukuran).
Celana penghulu yang besar ukuran kakinya mempunyai pengertian bahwa kebesarannya dalam memenuhi segala panggilan dan yang patut dituruti dalam hidup bermasyarakat maupun sebagai seorang pemangku adat. Kebesarannya itu hanya dibatasi oleh salah satu martabat penghulu, yaitu murah dan mahal, dengan pengertian murah dan mahal hatinya serta perbuatannya pada yang berpatutan.
4. Sasampiang (Sesamping)
Sasampiang adalah selembar kain yang dipakai seperti pada pakaian baju teluk belanga. Warna kain sesampiang biasanya berwarna merah yang menyatakan seorang penghulu berani. Sesamping juga biasanya diberi benang makau (benang berwarna-warni) dalam ukuran kecil-kecil yang pengertiannya membayangkan ilmu dan keberanian diatas kebenaran dalam nagari. Keindahan kain menunjukkan hatinya kaya, sentengnya hingga lutut untuk menyatakan bahwa seorang penghulu hatinya miskin diatas yang benar.
Pengertian kaya yaitu seorang penghulu berlapang hati terhadap sesuatu perbuatan yang baik yang dilakukan oleh anak kemenakannya. Sebagai contoh ada sesuatu pekerjaan yang dilakukan oleh keponakannya tetapi tidak setahu dia. Karena pekerjaan itu baik maka tidak menghalangi dan malahan ikut menyelenggarakannya.
5. Cawek (Ikat Pinggang)
Mengenai cawek ini diungkapkan “cawek suto bajumbai alai, saeto pucuak rabuang, saeto jumbai alainyo, jambuah nan tangah tigo tampek.
Cawek kapalilik anak kemenakan, panjarek aka budinyo, pamauik pusako datuak, nak kokoh lua jo dalam, nak jinak nak makin tanang, nak lia nak jan tabang jauah.
Kabek salilik buhua sentak, kokoh tak dapek diungkai, guyahnyo bapantang tangga, lungga bak dukua di lihia, babukak mako ka ungkai, jo rundiang mako ka tangga, kato mufakaik kapaungkai.
Cawek penghulu dalam pakaian adat ialah dari kain dan ada kalanya kain sutera. Panjang dan lebarnya harus sebanding atau lima banding satu hasta dan ujungnya pakai jumbai dan hiasan pucuk rebung.
Arti yang terkandung dari cawek ini dapat disimpulkan bahwa seorang penghulu harus cakap dan sanggup mengikat anak kemenakan secara halus dan dengan tenang mendapatkan akal budinya.
6. Sandang
Sesudah memakai destar dan baju, celana serta sesamping maak dibahu disandang pula sehelai kain yang bersegi empat. Kain segi empat inilah yang disebut sandang. Kain segi empat yang disandang ini dalam kata-kata simbolisnya dikatakan “sandang pahapuih paluah di kaniang, pambungkuih nan tingga bajapuik”, pangampuang nan tacicie babinjek”. Pengertiannya adalah bahwa seorang penghulu siap menerima anak kemenakan yang telah kembali dari keingkarannya dan tunduk kepada kebenaran menurut adat. Begitu juga segala ketinggalan ditiap-tiap bidang moril maupun materil selalu dijemput atau dicukupkan menurut semestinya.
7. Keris
Penghulu bersenjatakan keris yang tersisip di pinggang. Orang yang tidak penghulu, tidak dibenarkan memakai keris; kecuali menyimpannya. Keris merupakan kebesaran bagi penghulu dan mengandung arti yang mendalam. Pemakaiannya tertentu dengan kelengkapan pakaiannya, letaknya condong ke kiri dan bukan ke kanan yang mudah mencabutnya. Letak keris ini mengandung pengertian bahwa seorang penghulu harus berfikir terlebih dahulu dan jangan cepat marah dalam menghadapi sesuatu persoalan, apalagi main kekerasan. Gambo atau tumpuan punting keris; artinya penghulu adalah tempat bersitumpu bagi anak kemenakan untuk mengadukan sakit senang. Kokoh keris bukan karena embalau, dengan pengertian bahwa yang memberi kewibawaan bagi penghulu, adalah hasil perbuatannya sendiri. Mata keris yang bengkok-bengkok, ada yang bengkoknya dua setengah patah; ada yang lebih. Pengertiannya adalah penghulu harus mempunyai siasat dalam mejalankan tugasnya. Mata keris balik bertimba dan tidak perlu diasah semenjak dibuat dengan pengertian bahwa kebesaran penghulu dan dibesarkan oleh anak kemenakan dan nagari. Tajamnyo indak malukoi, mamutuih indak diambuihkan (tajam tidak melukai, memutus tidak dihembuskan), dengan pengertian seorang penghulu tidak fanatik, tidak turut-turutan kepada paham dan pendapat orang lain, percaya pada diri dan ilmunya.
Bahasa lirisnya terhadap keris ini diungkapkan “senjatonyo karih kabasaran sampiang jo cawak nan tampeknyo, sisiknyo tanaman tabu, lataknyo condong ka kida, dikesongkan mako dicabuik. Gambonyo tumpuan puntiang, tunangannyo ulu kayu kamek, bamato baliek tatimbo, tajamnyo pantang malukoi, mamutuih rambuik diambuihkan. Ipuehnyo turun dari langik, bisonyo pantang katawaran, jajak ditikam mati juo, kepalawan dayo urang aluih, kaparauik lahie jo batin, pangikih miang di kampuang, panarah nan bungkuak sajangka, lahia batin pamaga diri patah muluik tampek kalah, patah karih bakeh mati”.
8. Tungkek (Tongkat)
Tongkat juga merupakan kelengkapan pakaian seorang penghulu. Mengenai tongkat ini dikatakan “Pamenannya tungkek kayu kamek, ujuang tanduak kapalo perak. Panungkek adat jo pusako, barih tatagak nan jan condong, sako nan kokoh diinggiran. Ingek samantaro sabalun kanai, gantang nak tagak jo lanjuangnyo.
Tongkat yang dibawa penghulu sebagai kelengkapan pakaiannya bukan untuk menunjukkan penghulu itu tua umur, melainkan seorang penghulu itu yang dituakan oleh kaum, suku dan nagarinya. Dia didahulukan selangkah, ditinggikan seranting.
Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang
Lambang kebesaran wanita Minangkabau disebut “Limpapeh Rumah nan gadang”. Limpapeh artinya tiang tengah pada sebuah bangunan dan tempat memusatkan segala kekuatan tiang-tiang lainnya. Apabila tiang tengah ini ambruk maka tiang-tiang lainnya ikut jatuh berantakan. Dengan kata lain perempuan di Minangkabau merupakan tiang kokoh dalam rumah tangga. Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang tidak sama ditiap-tiap nagari, seperti dikatakan “Lain lubuk lain ikannyo, lain padang lain bilalangnyo”. Namun demikian pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang mempunyai sifat umum yang akan kita kemukakan dalam tulisan ini.

1. Baju Batabue (baju bertabur)
Baju bertabur maksudnya naju yang ditaburi dengan benang emas. Tabur emas ini maksudnya kekayaan alam Minangkabau. Pakaian bertabur dengan benang emas bermacam-macam ragam mempunyai makna bercorak ragamannya masyarakat Minangkabau namun masih tetap dalam wadah adat Minangkabau.
2. Minsie
Minsie adalah bis tepi dari baju yang diberi benang emas. Pengertian minsie ini untuk menunjukkan bahwa demokrasi Minangkabau luas sekali, namun berada dalam batas-batas tertentu di lingkungan alur dan patut.
3. Tingkuluak (tengkuluk)
Tengkuluk merupakan hiasan kepala perempuan yang berbentuk runcing dan bercabang. Pengertiannya adalah Limpapeh Rumah Nan Gadang di Minangkabau tidak boleh menjunjung beban atau beban yang berat.
4. Lambak atau Sarung
Sarung wanitapun bermacam ragam, ada yang lajur ada yang bersongket dan ada yang berikat. Sarung untuk menutup bagian tertentu sehingga sopan dan tertib dipandang mata. Tentang susunannya sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi suatu daerah. Oleh karena itu ada yang berbelah di belakang, ada yang dimuka dan ada yang disusun dibelakang.
5. Salempang
Pengertian yang terkandung pada salempang ini adalah untuk menunjukkan tanggungjwab seorang Limpapeh Rumah Nan Gadang terhadap anak cucunya dan waspada terhadap segala sesuatu, baik sekarang maupun untuk masa yang akan datang.
6. Dukuah (kalung)
Kalung yang dipakai oleh Limpapeh Rumah Nan Gadang tiap nagari dan Luhak di Minangkabau bermacam-macam. Ada yang disebut kalung perada, daraham, cekik leher, kaban, manik pualam dan dukuh panyiaram. Dukuh melambangkan bahwa seorang Limpapeh selalu dalam lingkaran kebenaran, seperti dukuh yang melingkar di leher. Dukuh juga melambangkan suatu pendirian yang kokoh dan sulit untuk berubah atas kebenaran. Hal ini dikemukakan “dikisabak dukuah dilihia, dipaliang bak cincin di jari”.
7. Galang (Gelang)
Terhadap gelang ini dikiaskan “Nak cincin galanglah buliah”(ingin cincin gelang yang dapat)”. Maksudnya rezeki yang diperoleh lebih dari yang diingini.
Gelang adalah perhiasan yang melingkari tangan dan tangan dipergunakan untuk menjangkau dan mengerjakan sesuatu. Terhadap gelang ini diibaratkan bahwa semuanya itu ada batasnya. Terlampau jangkau tersangkut oleh gelang. Maksudnya dalam mengerjakan sesuatu harus disesuaikan dengan batas kemampuan.
Menurut ragamnya gelang ini ada yang disebut “galang bapahek, galang ula, kunci maiek, galang rago-rago, galang basa”.
8. Palaminan
Pelaminan adalah tempat kedudukan orang besar seperti raja-raja dan penghulu. Pada masa dahulu hanya dipakai pada rumah adat namun sekarang juga dipakai pada pesta perkawinan.
Hal ini mungkin disebabkan marapulai dan anak dara sebagai raja dan ratu sehari. Perangkatan pelaminan mempunyai kaitan dengan hidup dan kehidupan masyarakat adat Minangkabau. Dahulu memasang pelaminan pada sebuah rumah harus dengan seizin penghulu adat dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan adat yang berlaku. Pelaminan mempunyai bahagian-bahagian dan semuanya saling melengkapi.

Kesenian Minangkabau (Randai)

Kesenian sebagai bentuk-bentuk pernyataan estetis masyarakat dan individu di Minangkabau tidak dapat dilepaskan dari pengalaman bersama dan pribadi yang panjang, baik yang menggembirakan maupun yang menyedihkan. Minangkabau mempunyai adat istiadat yang sesuai dengan bentuk dan isinya sesuai dengan pandangan sikap hidup masyarakat minang serta kesenian Minangkabau tunduk pada adat yang berbuhul sentah artinya terbuka pada perubahan-perubahan, pada pembaharuan-pembaharuan, baik dalam bentuk maupun dalam isi, tetapi tetap dalam hakekatnya.
Kesenian yang tumbuh di Minangkabau adalah seni sastra, nyanyian dan bunyi-bunyian seni gerak (silat, pencak dan tari), seni rupa (arsitektur, ukiran, ragam, hias dan kerajinan tangan). Dari semua kesenian itu disebut Randai dan Indang sebagai permainan rakyat atau permainan anak nagari karena di Minangkabau tidak mengenal kasta atau kesenian yang khusus untuk para bangsawan walaupun daerah minang dulunya pernah ada raja di Pagarruyung. Kegiatan kesenian ini tidak termasuk dalam pemujaan tetapi sebagai kegiatan sosial.
Di Minangkabau, yang baik adalah budi dan yang indah adalah bahasa. Keindahan bahasa berurat-berakar dalam kehidupan. Keindahan bahasa bukan sekedar bentuk kalimat, tetapi isinya harus menunjukkan budi yang baik dan luhur. Contoh dari gurindam Adat:
Melangkah di ujung pedang
Bersilat di ujung keris
Kata-kata selalu berumpama
Runding selalu memakai kias
Bahasa yang indah, sesuai dengan macam kata dalam pergaulan dan makna kata, banyak menggunakan perumpamaan dan kiasan. Perumpamaan diambil dari alam sedangkan kiasan diambil dari sifat atau keadaan sesuatu, misalnya:
Kami ini seumpama burung
Mata lepas badan terkurung
Atau
Seperti lalat diekor gajah
Atau
Seperti mencari jejak dalam air.
Kenangan pada laut bukan hanya tampak pada bentuk Rumah Gadang. Laut yang bergelombang terus menerus dan tiba di pantai memecah menjadi ombak yang buihnya menyebar jauh ke daratan. Maka timbulah masyarakat Minangkabau untuk menciptakan gerak dan langkah gelombang pada pencak silat dan lahirlah istilah randai.
Kesenian Randai merupakan kesenian rakyat Minangkabau. Kesenian ini bentuknya merupakan teater tradisional dengan ciri-ciri sebagai berikut:
- Cerita yang dimainkan dalam randai adalah cerita yang populer dan dikenal dalam masyarakat, terutama yang bersumber dari kaba (diceritakan oleh publik yang didendangkan oleh tukang kaba).
- Pertunjukan dilakukan bukan hanya dengan percakapan (dialog) tetapi juga dengan nyanyian (dendang) dan tari.
- Nilai dramatik dilakukan spontan dan dapat menjadi satu dalam adegan yang sama antara sedih dan gembira, antara menangis dan tertawa.
- Selalu ada adegan atau "moment" yang melahirkan suasana komik.
- Menggunakan musik karawitan sebagai musik pelengkap atau pengiring.
- Penonton menjadi satu dan intim dengan pemain.
- Pementasan dilakukan di tempat terbuka atau arena.
- Lamanya pertunjukan tidak terbatas tergantung keinginan penyelenggara.
Dengan kata lain randai dapat dianggap sebagai seni pertunjukan di Minangkabau dengan menampilkan cerita yang umumnya bersumber dari Kaba.
Randai bukanlah tari, bukan pula Dendang dan tidak pula Kaba melainkan merupakan bahan mentah yang diolah menjadi randai. Ia merupakan suatu kesenian yang utuh, hingga penyajiannya di hadapan publik merupakan sesuatu yang baru bila dibanding dengan bahan-bahan yang membentuknya.
Ada seorang pelestari kesenian randai yang bernama Musta Dahrizal Katik Rajo Mangkuto yang lebih dikenal dengan sebutan Mak katik ia bahkan sudah tampil di berbagai negara antara lain Kennedy Theatre, Amerika Serikat, Jepang, Malaysia dan Brunei Darussalam beliau memperkenalkan kesenian Minangkabau lewat dialog, gerak dan gelombang, silat, sarat filosofi adat dan agama yang menjadi dasar kehidupan yang disebut randai. Kesenian Minangkabau ini harus memperhatikan penontonnya, kalau perlu melibatkan penonton kesenian ini banyak diminati baik dari negeri sendiri maupun dari luar negeri Mak Katik misalnya ia adalah seorang pemain randai terkenal bahkan sampai ke luar negeripun namanya sudah dikenal.
Pada tahun 2002-2001 Mak Katik diundang University of Hawaii beliau diminta mengajar kesenian randai ini untuk mewakili Kesenian Asia. Sekitar 53 mahasiswa berbagai negara belajar kesenian randai dan randai tampil jadi bahan studi di luar negeri.



Silat adalah seni beladiri tradisional Minangkabau. Ada dua macam:

1. Pencak silat, yaitu silat yang biasa digunakan untuk tari-tarian pertunjukan. Pemainnya disebut anak silek. Pencak silat dilakukan dua orang.
Gayanya seperti gerakan silat, tapi tidak untuk menciderai lawan, tetapi hanya sebagai hiburan.

2. Silat (silek), yaitu yang bertujuan untuk bela diri. Pesilat disebut pandeka. Ia punya aturan sendiri, yaitu musuah indak dicari, jikok basuo pantang diilakkan. Pencak silat sbg pertunjukan




RANDAI


Randai dilaksanakan dalam bentuk teater arena. Permainan randai dilakukan dengan membentuk lingkaran, kemudian melangkah kecil-kecil secara perlahan, sambil menyampaikan cerita lewat nyanyian secara berganti-gantian. Cerita randai biasanya diambil dari kenyataan hidup di tengah masyarakat. Fungsinya sebagai seni pertunjukan untuk hiburan; sebagai penyampai pesan, nasihat, dan pendidikan. Semua gerakan randai dituntun oleh aba-aba salah seorang di antaranya, disebut janang. Randai asli dari Minangkabau




SEPAK RAGO
Sepak rago merupakan sebuah olahraga tradisional. Permainannya mirip sepak takraw. Bedanya, bola sepak rago terbuat dari daun kelapa muda yang dianyam dan berbentuk kubus. Jumlah pemain antara 5 – 10 orang.
Dalam permainan sepak rago terdapat ajaran budi yang sangat tinggi, yakni seseorang dalam kehidupan memang harus lebih banyak berdialog dengan dirinya sendiri, berdiskusi, berbuat sesuatu untuk kesejahteraan hidupnya, dan tidak lupa bahwa ia berada di tengah masyarakat.

TARIAN RAKYAT
Tarian tradisional yang bersifat klasik di Minangkabau umumnya memiliki gerakan aktif dinamis, namun tetap berada dalam alur dan tatanan yang khas. Kekhasan ini terletak pada prinsip tari Minangkabau yang belajar kepada alam. Oleh karena itu, dinamisme gerakan tari-tari tradisi Minangkabau selalu merupakan perlambang dari unsur alam. Pengaruh agama Islam, keunikan adat matrilineal, dan kebiasan merantau masyarakat juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari.
Secara garis besar ada tiga macam tarian rakyat Minangkabau, yaitu:
1. Tarian pencak, yaitu tarian yang gerakan dan prinsipnya menyerupai pencak.
Contoh : tari sewah, tari alo ambek, tari galombang.
2. Tarian perintang, yaitu tarian yang dimainkan pemuda-pemudi untuk kegembiraan dan perintang waktu.
Contoh : tari piriang, tari galuak, tari kabau jalang.

3. Tarian kaba, yaitu tarian yang mengangkat tema cerita (kaba).
Contoh : tari si kambang, tari ilau, tari tupai janjang, tari barabah mandi.

GAMAT
Gamat adalah kesenian Melayu yang melibatkan seni tari, seni suara, dan seni musik. Gamat biasanya dimainkan dalam acara keramaian. Jenis tari gamat yang terkenal adalah tari payung, tari selendang, dan tari saputangan.

TABUIK
Tabuik berkembang di daerah pesisir, khususnya Pariaman. Tabuik diselenggarakan tiap tahun. Permainan ini merupakan upacara peringatan terbunuhnya Husein, cucu Rasulullah SAW.
Acara dimulai pada 1 Muharram dengan mengambil tanah ke dasar sungai, melambangkan mengambil jasad Husein. Hari berikutnya tabuik mulai dibuat. Tabuik berbentuk keranda untuk mengusung mayat. Pada hari ke lima, tengah malam, orang mengambil pohun pisang dengan memancungnya dengan parang sekali putus. Ini melambangkan pembalasan putra Husein.
Hari ke tujuh dimulai dengan mengarak jari-jari, semacam maket sebuah kubah. Ini mengisahkan pengikut Husein yang mencari jari-jari dan serpihan tubuh Husein yang dicincang musuh. Hari ke sembilan, mereka mengarak sorban Husein yang ditemukan. Acara puncak arak-arakan tabuik berlangsung pada hari ke sepuluh.

KARAWITAN
Minangkabau memiliki alat musik khas. Alat musik ini biasanya digunakan untuk mengiringi tari-tarian.
# Alat musik tiup : saluang, bansi, pupuik batang padi, sarunai, pupuik tanduak
# Alat musik pukul : talempong, canang, tambur, rabano, indang, gandang, adok
# Alat musik gesek : rabab (satu-satunya)

Kuliner Minangkabau

Hidangan Khas Minangkabau Dipelosok Nusatara
Hidangan khas Sumatera Barat tersedia di seluruh pelosok nusantara. Hampir bisa dipastikan setiap orang pernah mencicipinya. Variasi bahan baku untuk masakan asal Sumatera Barat ini sungguh banyak. Cita rasa yang utama di temui pada masakan khas Minang adalah gurih dan pedas. Rasa gurih dan pedas tersebut diperoleh dari santan dan cabai merah yang memang banyak di konsumsi orang Minang.
Itu bila bicara soal cita rasanya, sedangkan bahan bakunya bisa menggunakan daging sapi, jerohan sapi, otak, ayam, bebek, ikan mas, gurami dan telur ayam. Sementara sayurannya lebih banyak menggunakan kacang panjang, daun singkong, pakis, nangka, buncis, serta petai dan jengkol.
Bumbu dalam masakan Minang memegang peranan penting. Orang Minang tidak pernah pelit bumbu. Selalu bumbunya kental dan terasa pekat. Bumbu yang selalu dipakai adalah cabai merah, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit dan daun kunyit, daun mangkokan.
Orang Minang juga tidak pernah menggunakan gula dalam memasak, baik gula merah maupun gula putih. Gula hanya digunakan untuk membuat kue saja.
Untuk bawang putih, perbandingan yang digunakan adalah 1 : 2 dengan bawang merah. Bahkan ada yang menulis bahwa perbandingan bumbu dan isi dalam masakan minang adalah 3 : 8. Jadi, bisa dipastikan, betapa gurihnya masakan Minang ini.
Masakan yang mewakili Indonesia
Pengakuan international terhadap kelezatan masakan khas Minangkabau ini dibuktikan dengan terpilihnya rendang khas Minangkabau ini sebagai makanan yang wajib dicicipi bila berkunjung ke Indonesia. Dalam majalah ASIA WEEK dalam rubrik ASIA’S BEST pada edisi tanggal 18 Agustus 2000 disebut rendang khas Minangkabau sebagai salah satu makanan terbaik di asia dan juga sebagai masakan yang paling diingat oleh orang-orang asing dari mancanegara bila teringat akan Indonesia.
Rendang daging adalah masakan tradisional bersantan dengan daging sapi sebagai bahan utamanya. Masakan khas dari Sumatera Barat, Indonesia ini sangat digemari di semua kalangan masyarakat baik itu di Indonesia sendiri ataupun di luar negeri.
Selain daging sapi, rendang juga menggunakan kelapa(karambia), dan campuran dari berbagai bumbu khas Indonesia di antaranya Cabai (lado), lengkuas, serai, bawang dan aneka bumbu lainnya yang biasanya disebut sebagai (Pemasak).
Rendang memiliki posisi terhormat dalam budaya masyarakat Minangkabau. Rendang memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatra Barat yaitu musyawarah, yang berangkat dari 4 bahan pokok, yaitu:
1. Dagiang (Daging Sapi), merupakan lambang dari Niniak Mamak (para pemmpin Suku adat)
2. Karambia (Kelapa), merupakan lambang Cadiak Pandai (Kaum Intelektual)
3. Lado (Sabai), merupakan lambang Alim Ulama yang pedas, tegas untuk mengajarkan syarak (agama)
4. Pemasak (Bumbu), merupakan lambang dari keseluruhan masyarakat Minang.
Dendeng balado adalah masakan khas Sumatra Barat dibuat dari irisan tipis dan lebar daging sapi yang dikeringkan lalu digoreng kering.Daging goreng ini lalu diberi bumbu balado.
Sedangkan dendeng batokok bahan nya sama dengan dendeng balado, bedanya adalah bumbu balado nya bukan memakai cabai merah, namun memakai cabai hijau yang diiris kasar dan daging sapi setelah diiris tipis melebar lalu dipukul-pukul dengan batu cobek supaya daging nya menjadi lembut.
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Dendeng_balado"

Gulai paku adalah makanan yang cukup populer di sumatera barat terutama di daerah pesisir barat sumatera barat, gulai dengan bahan dasar daun pakis (paku), dengan bumbu santan, laos (lengkuas), cabe rawit hijau. asam kandis, kunyit.
Gulai paku ini biasa disajikan sebagai makan ketupat. Ketupat gulai paku adalah makanan kahs daerah pariaman
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Gulai_paku"

Kalio adalah sebutan dari rendang setengah jadi, yang masih berwarna kecoklatan, sebenarnya rendang yang dijual kebanyakan warung padang di luar Sumatera Barat adalah kalio, Kalau kalio di keringkan dengan api kecil akan bewarna kehitaman dan itu baru disebut rendang Bumbu dasar kalio sama dengan rendang, yaitu santan, cabe merah giling halus, jahe, laos bawang merah bawang putih, daun jeruk, daun salam daun kunyit. Rendang dan kalio tidak menggunakan kunyit karena akan membuat teksturnya tidak bagus.
Isi kalio biasanya daging sapi, ayam, hati sapi atau jengkol (jering). Khusus untuk hati dan jering tidak dibuat kering menjadi rendang karena akan membuat bahan itu keras dan tidak enak
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Kalio_dagiang"

Gulai itiak (itik) makanan khas yang terkenal dari Koto Gadang Agam, di Bukittinggi yang terletak tidak jauh dari Koto Gadang gulai itiak disebut tanak koto gadang. Masakan ini menggunakan itik sebagai bahan dasar, dengan bumbu cabe kriting hijau, laos, kunyit, jahe, daun salam daun jeruk dan daun kunyit. Membuatnya digunakan bebek (itik) muda yang setelah dipotong lalu dibakar terlebih dahulu. Hasilnya adalah gulai bebek (itik) yang bewarna hijau.
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Gulai_itiak"

Gulai banak adalah masakan berkuah santan yang pedas dari Minangkabau, dengan memakai otak sapi yang telah dipotong-potong sebagai bahan utamanya.Gulai ini diberi irisan daun mangkok yang banyak sehingga mempunyai cita rasa yang amat khas.
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Gulai_banak"

Soto Padang adalah hidangan berkuah kaldu sapi dengan bahan irisan daging sapi yang sudah digoreng kering, bihun (mie dari tepung beras), ditambah perkedel kentang dan dihidangkan panas-panas. Selain di kota Padang Sumatra Barat, hidangan soto Padang juga mudah ditemukan di berbagai restoran Padang di penjuru dunia.
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Soto_padang"

Sate Padang adalah sebutan untuk tiga jenis varian sate di Sumatra Barat, yaitu Sate Padang, Sate Padang Panjang dan Sate Pariaman.
Sate Padang memakai bahan daging sapi dan lidah sapi dengan bumbu kuah kacang kental (mirip bubur) ditambah cabai yang banyak sehingga rasanya pedas.
Sate Padang Panjang dibedakan dengan kuah sate nya yang berwarna kuning sedangkan sate Pariaman kuahnya berwarna merah. Rasa kedua jenis sate ini juga berbeda. Sedangkan sate Padang mempunyai bermacam rasa perpaduan kedua jenis varian sate diatas.
Sate Mak Syukur di kota Padang Panjang sangat terkenal di Minangkabau sedangkan sate Ajo Laweh merupakan sate Pariaman yang terkenal.
Proses pembuatan
Daging segar dimasukkan dalan drum besar berisi air dan direbus dua kali agar lunak menggunakan drum dan air yang berbeda. Daging diiris-iris dan dilumuri dengan bumbu dan rempah-rempah. Sementara air rebusan digunakan sebagai kuah kaldu, bahan membuat kuah sate. Lalu kuah kaldu ini dicampur dengan 19 macam bumbu rempah-rempah yang telah dihaluskan (bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan serai) dicampur dengan berbagai macam cabai. Seluruh bumbu kemudian dijadikan satu dan dimasak selama 15 menit.
Sate sendiri hanya dibakar saat dipesan, menggunakan arang dari tempurung kelapa.
Lamang tapai
Lamang adalah beras ketan yang di masak dengan santan dan di masak dalam bambu muda . bahan utamanya adalah beras ketam putih, santan kelapa, daun pandan sedikit garam. Beras ketan di cuci bersihkan dulu dan di masukan kedalam ruas bambu muda yang terlebih dahulu di lapisi dalamnya degan daun pisang kemudian baru dituankan santan ke berasnya dan di bakar dengan bara api, di jaga jangan samapai ruas bambu ter bakar. Tapai adalah tape beras kertan hitam yang di buat dengan mempermentasikan beras ketan dengan ragi.
Biasa lemang dan tapai merupakan padanan yang cocok buat berbuka puasa
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Lamang_tapai"

Katan sarikayo
sarikayo dibuat dari telur, santan, gula aren dengan penyedap daun pandan vanili, adas manis bubuk kayu manis. Telur di kocok mengunaklan sendok ( jangan paki mixer karena akan membuat adonan pecah), setelah telur kembang si tambahkan serutan gula aren dan santan serta bumbu penyedapnya dan di kukus.
Katan adalah beras ketan naya dimasak dengan santan , cara dengan mengaron ketan putih dengan santan sampai setengah matang kemudian di kukus.
selain katan padanan yang cocok dengan sarikayo adalah lamang
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Katan_sarikayo"

Galamai
Galamai adalah salah satu makanan kecil dengan bahan dasar tepung beras ketan, gula aren dan santan yang berasal dari daerah Sumatera Barat. Jika di daerah lain makanan sejenis ini dikenal sebagai dodol atau jenang. Hampir semua suku di Indonesia memiliki jenis makanan kecil ini.
Cara pembuatan galamai
Tepung beras ketan dimasak bersama santan kelapa dengan menggunakan gula tebu atau gula aren dengan menggunakan kuali yang sangat besar. Makanan ini biasanya dibuat untuk keperluan pesta pernikahan dan pesta adat lainya atau menjelang hari raya.
Galamai biasanya dibuat dengan cara bergotong-royong karena memerlukan banyak tenaga untuk mengaduk adonan dalam jumlah besar dan waktu lama. Hasil dari masakan ini berbentuk makan yang bewarna hitam mengkilat dan terasa manis.
Karupuak sanjai

Pembuatan Karupuak Sanjai

Pembuatan Karupuak Sanjai
Karupuak Sanjai adalah sejenis peganan kerupuk dari singkong yang diparut tipis lalu digoreng dan diberi garam sebagai penyedapnya. Kerupuk ini amat populer sebagai makanan oleh-oleh khas kota Bukitinggi, Sumatra Barat. Kerupuk sanjai yang diberi bumbu balado dinamakan karupuak balado.
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Karupuak_sanjai"
Kue putu
Kue putu (dari bahasa Jawa, puthu [ IPA: /puʈu/]) adalah jenis makanan Indonesia berupa kue yang berisi gula jawa dan parutan kelapa yang berasal dari India, dibungkus oleh tepung beras yang dikukus. Kue ini biasanya dikukus dengan diletakkan di dalam tabung bambu dan dijual pada malam hari. Suara khas uap yang keluar dari alat pengukus ini sekaligus menjadi alat promosi bagi pedagang yang berjualan.
Kebanyakan warna dari kue putu ini adalah putih dan hijau.
Sejumlah pedagang masa kini mengganti bambu dengan pipa PVC dengan alasan kepraktisan, meskipun dari segi kesehatan penggunaan PVC membahayakan.
Kue putu sendiri sudah merambah ke negara lain, seperti Singapura dan Malaysia, meskipun nama dan bentuk untuk kue ini sedikit berbeda, tetapi rasanya sendiri sama dengan kue putu tradisional Indonesia itu sendiri.
Teh Talua
Teh Talua atau Teh Telur adalah minuman khas Sumatra Barat yang merupakan menu wajib di warung tradisional maupun restoran Padang. Minuman ini terdiri dari campuran teh, gula dan telur dan sedikit perasan jeruk nipis. Telur yang digunakan biasanya adalah telur ayam kampung.

Rumah Adat
Rumah adat minangkabau disebut Rumah Gadang

Rumah Gadang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau, provinsi Sumatra Barat.Rumah ini memiliki keunikan bentuk arsitektur yaitu dengan atap yang menyerupai tanduk kerbau dibuat dari bahan ijuk. Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan Rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi. Rumah Gadang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjuang (anjung) sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu rumah Gadang dinamakan pula sebagai rumah Baanjuang. Anjuang pada keselarasan Bodi-Chaniago tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya, sedangkan untuk golongan kesalarasan Koto-Piliang memakai tongkat penyangga. Hal ini sesuai filosofi yang dianut kedua golongan ini yang berbeda, salah satu golongan menganut prinsip pemerintahan yang hirarkies menggunakan anjuang yang memakai tongkat penyangga, pada golongan lainnya anjuang seolah-olah mengapung di udara.
Share on Google Plus

About Fikri

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

Sundul gan! Ane ga kenal yang namanya spam...