Melawan Lupa: Data dan Gambar Pembantaian Warga Poso Oleh Densus 88 (Fakta dan Analisa)

Warning: Banyak gambar kejam yang akan muncul setelah anda mengklik "Read More"
Pasukan Densus 88 Antiteror



Warga yang masih hidup, bersembunyi, ketahuan, kemudian ditusuk sampai mati, diseret keluar dan dikuliti wajahnya


Nazi Modern

Pada tanggal 22 Oktober 2006, Saat Malam Takbir terjadi bentrokan di Tanah Runtuh, Kelurahan Gebang Rejo, Poso Kota antara ratusan warga setempat dengan puluhan aparat kepolisian dari satuan Brimob. Bentrokan terjadi sekitar pukul 21.15 WITA di saat warga sedang mempersiapkan tempat pelaksanaan Sholat Ied.

Satu orang warga menjadi korban pada peristiwa ini, Syaifuddin alias Udin, yang tewas tertembak pada bagian pantat. Selain jatuh korban jiwa, juga terdapat 3 orang yang mengalami luka tembak, antara lain Rizki alias Kiki Omo, menderita 3 luka tembakan dibagian dada dan 1 tembakan di paha sebelah kanan. Sedangkan Maslan, warga jl. Pulau Irian Jaya tertembak di bagian paha. Kedua korban luka dirawat di RS Umum Poso pada penyerangan oleh Brimob pada warga yang dikatakan daftar pencarian orang (DPO) dan menghasilkan rumah-rumah penduduk yang rusak serta adanya warga yang meninggal, akibat tembakan para aparat yang membabi buta. Tetapi anehnya, tidak ada penjelasan apalagi penghentian operasi yang banyak melukai masyarakat.

Pada tanggal 23 Oktober 2006, bentrokan berulang lagi antara ratusan pengantar jenazah Udin dengan anggota Brimob di Jalan Pulau Seram. Massa melempari aparat Brimob dengan batu dan dibalas dengan melepaskan tembakan yang menciderai tiga penduduk sipil, salah satunya adalah Galih Pamungkas, anak berusia 3,5 tahun yang sedang bermain di depan rumahnya.

Pada tanggal 20 Nopember 2006, Tim Pencari Fakta kasus Gebang Rejo, Poso melalui Menteri Politik dan Keamanan, Widodo AS, menyampaikan laporan hasil investigasi kepada publik, namun 10 butir rekomendasi yang diantaranya meminta kepada petinggi polri untuk segera meminta maaf kepada umat Islam Poso secara umum dan kepada keluarga korban atas peristiwa tanggal 22 Oktober 2006 (point a) tidak disampaikan secara terbuka.

Bentrok 22 Oktober 2006 ini menjadi penanda akan munculnya kebijakan keamanan baru terhadap masalah Poso.

Masalah tersebut belum reda, awal 2007 dimulai dengan penyergapan dan penembakan yang terjadi pada 11 Januari 2007 lalu yang menumbangkan 3 warga (2 meninggal). Dari keterangan warga dan saksi mata, tidak ada satu warga pun yang memegang senjata layaknya aparat yang telah siap dengan aneka senjata otomatis.

Kemudian tanggal 22 Januari 2007 merupakan hari yang paling berkabung untuk masyarakat Poso, karena dari 15 warga yang ditembak tidak ada satu pun DPO. Mereka memburu warga seperti memburu Kelinci dan dijadikan Tester. Ini artinya, aparat tidak lagi berlaku adil pada masyarakat. Ditutup-tutupi oleh Komnas HAM, Pernyataan di media Masa hanya Isapan jempol belaka. Tim Anti Teror Polri telah menembaki juga lokasi perumahan warga Poso. Tetapi raid ini dilanjutkan 11 hari kemudian dan memakan korban jiwa yang sangat banyak sekali.

Basa Basi Komnas HAM

Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Zoemrotin K. Susilo menegaskan, secara umum polisi telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dalam menangani kasus-kasus kekerasan di Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng). “Kita sedang mengklarifikasi hasil temuan kita di Poso apakah telah terjadi pelanggaran HAM berat ataukah masih dalam taraf pelanggaran HAM biasa yang dilakukan polisi,” ujar Zoemrotin. Pelanggaran HAM seperti menghilangkan nyawa belasan orang sehingga jelas telah melanggar hak hidup seseorang, hilangnya rasa aman masyarakat karena tindakan aparat yang menangkap orang dengan cara-cara represif, bahkan adanya kasus-kasus salah tangkap warga di Poso lalu dilepaskan kembali, menurut Zoemrotin sebagai tindak pelanggaran HAM oleh aparat. Dikatakan, penyelidikan terhadap pelanggaran HAM di Poso akan dilihat dari pihak aparat juga masyarakat. Tentu kita bertanya kepada Komnas HAM, dalam Kasus ini, masyarakat mana yang melakukan pelanggaran? Sampai saat ini Komnas HAM tidak bisa membuktikan jika ada warga Poso yang melakukan pelanggaran HAM.

Pernyataan Kapolda Sulteng Brigjen Pol Badrun Haiti

[BIGJEN POL BADRODIN HAITI, KAPOLDA SULTENG, MEMBANTAH TERJADI PEMBANTAI WARGA OLEH ANAK BUAHNYA] Sementara itu, Kapolda Sulteng Brigjen Pol Badrodin Haiti yang ditemui di acara yang sama mengatakan, silahkan saja dilakukan pengusutan kasus pelanggaran HAM terkait penegakan hukum oleh polisi di Poso. “Silahkan diusut sesuai ketentuan yang ada, dan kalau memang benar ada pelanggaran HAM, kita akan proses,” tantangnya. Dikatakan, upaya pengejaran terhadap para perusuh di Poso sampai saat inimasih terus dilakukan, dan sebuah tim gabungan sedang dikirim ke Pulau Jawa untuk mengejar para daftar pencarian orang (DPO) Polri dalam kasus Poso yang bersembunyi di beberapa daerah di Jawa.

Pernyataan Kepala BNPT Ansaad Mbay

[KEPALA BNPT, ANSAAD MBAY JUGA MEMBANTAH TERJADINYA PEMBANTAIAN WARGA POSO OLEH KEPRAT KEPOLISIAN] TEMPO.CO, Jakarta : Ansaad berharap publik tak menilai Densus 88 dari satu sisi saja. Densus hanya menjalankan tugas dan tentunya tak perlu mengumbar kerumitan dan kesulitan yang mereka hadapi. Apalagi dikaitkan dengan pelanggaran HAM, justru tim ini dibentuk untuk melindungi HAM masyarakat.

Permintaan pembubaran Densus 88 kembali muncul setelah beredarnya video yang berisi tindakan kekerasan oleh satuan tersebut. Video itu diduga merupakan rekaman peristiwa 18 anggota Densus 88 dan Brimob kala menangkap 14 warga Kalora, Poso, Desember 2012 lalu.

Ansaad mengatakan ideologi jihad tertanam kuat di pikiran para teroris itu. Bahkan sejumlah teroris muda pun seringkali melakukan perlawanan yang membabi buta. Jika pun akhirnya tertangkap, sangat sulit membuat mereka mengaku.

Pengakuan Anggota Densus 88 Yang Merekam Peristiwa Pembantaian Warga Poso

"Saya sudah melihat konflik di seluruh Indonesia, tapi ini yang paling Biadab, anda semua sudah menonton Videonya di Yotube, tapi apakah anda melihat bagaimana keadaan Korban setelah disiksa? semua Korban yang di siksa berjumlah 17 orang dan semuanya Mati.

Kejadian tersebut terjadi pada tanggal 22 Januari 2007, di Poso, tanpa alasan yang jelas, Densus dan Polisi turun dengan kekuatan Penuh menggunakan Munisi Tajam dan kendaraan Lapis Baja, melakukan Sweeping dan penggrebekan. Tidak ada satupun warga yang lolos dari penyiksaan. Kejadian tersebut terjadi di dua lokasi yang berbeda dengan pola pembantaian yang berbeda diantaranya Jalan di kawasan Tanah Runtuh, P. Madura, Kel. Gebangrejo. Korban tewas 22 januari 2007 15 orang. Kelurahan Gebang Rejo Poso korban tewas 31 Oktober 2006 2 orang. Yang babak belur puluhan orang. Beberapa di antaranya tukang ojek yang kebetulan melintas di depan Polres Poso saat terjadinya Penggerebekan. Gambar dibawah ini akan bercerita bagaimana penderitaan Warga Tanah Runtuh, P. Madura, Kel. Gebangrejo dibantai. Dengan alasan mencari Perusuh di Poso, Densus 88 Menangkap warga yang melintas, siapapun bahkan PNS sebuah RSU Poso pun Tak Luput."

Berbagai Pola pembantai yang dilakukan oleh aparat Densus 88 secara sistemasitis dan dikontrol penuh oleh atasannya, tidak mungkin hal ini tidak dilihat oleh komandannya saat melakukan tindakan biadab ini. Saat melakukan penggrebekan, sangat jelas terlihat di Video bagaimana mereka menyiksa kemudian menembak mati, tidak berhenti sampai di situ, mayatnya pun diperlakukan dengan tidak wajar, seperti, mencongkel keluar pelor yang bersarang di anggota badannya, warga yang bersembunyi di bawah lantai, langsung ditusuk sampai mati kemudian kulit mukanya dikuliti. Sangat Biadab.
Add caption

Warga yang masih Hidup, akan ditusuk dengan Aitor oleh anggota densus 88
Setelah tewas ditusuk, warga diseret keluar, persiapan dikuliti
Warga yang tewas, saat sebelum dikuliti mukanya
Setelah ditusuk berkali-kali hingga tewas, warga tersebut diseret keluar dan dikuliti mukanya
Perhatikan wajah korban yang tewas ini, seluruh permukaan wajahnya dicacah dan dikuliti, mirip tindakan kanibal di pedalaman Amazon
Setelah membantai warga, wereng coklat densus 88, berusaha menghilangkan jejak dengan menyiramkan air keras ke luka korban, agar luka mengurai dan tidak bisa diidentifikasi dan diotopsi
Anak ini masih berusia 16 tahun. Karena takut ia bersembunyi. Akhirnya diketahui densus 88, disuruh mengangkat tangan, saat tangan diangkat, tangan tersebut ditembak, tidak berhenti sampai di situ, aparat polisi tersebut menembak bagian perutnya hingga terjerembab dan meregang nyawa
Aparat wereng coklat densus 88, berusaha menyembunyikan mayat warga, perhatikan jeriken merah, warga tersebut sedang mengangkut air, dicegat kemudian ditembak
Mayat warga bergelimpangan di mana-mana
Aparat wereng coklat densus 88, selalu berkoar-koar bahwa warga melawan menggunakan senjata api, sampai detik ini mereka tidak bisa membutktikan jika warga melawan menggunakan senjata api. apakah anda melihat ada senjata api tercecer di TKP? 
Setelah ditembak sampai mati, mayat warga diseret dan dikumpulkan
Mayat warga yang sudah tewas masih diperlakukan tidak manusiawi, bahkan lebih rendah dari hewan
Salah satu jenazah warga, hidungnya dicolok dengan munisi

"Lagi-lagi tv one dan metro tv yang selama ini getol menyiarkan tentang teroris, diam seribu bahasa, seolah olah stasiun televisinya sedang kehilangan sinyal pemancar

tentu kita bertanya dalam hati, apakah ini cinta?

apakah ini sayang?

logika mana yang digunakan

apakah ini pengayom dan pelindung

undang-undang dan protap mana yang digunakan oleh mereka

komisi 3 DPR RI tidak sepenuhnya melindungi warga negara indonesia dari tindakan biadab anak emasnya bernama wereng coklat

jangan salahkan jika rakyat sangat membenci mereka

mereka dianggap sampah

sudah saatnya mereka di buru oleh rakyat indonesia dan dibubarkan

jangan jadikan konspirasi teroris untuk membantai warga negara sendiri.

terima kasih kepada rekan saya

mr x dari densus 88, anda adalah pahlawan yang masih memiliki hati nurani

mau membuka mata rakyat indonesia tentang proyek pemiskinan warga negera indonesia yang dilaksanakan oleh kepolisian…

semoga tuhan yang maha kuasa membalas kebaikan anda…

cintailah yang di bumi
niscaya yang di langit akan mencintaimu"

dikutip dan disunting dari sumber : https://www.facebook.com/notes/idjon-djanbi/data-dan-gambar-pembantaian-warga-poso-tanggal-22-januari-2007-oleh-wereng-cokla/157362574459730
Share on Google Plus

About Fikri

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

Sundul gan! Ane ga kenal yang namanya spam...