Taman Siswa
Taman Siswa adalah sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta (Taman berarti tempat bermain dan tempat belajar, Siswa mempunyai arti murid). Pada waktu pertama kali didirikan, sekolah ini diberi nama "National Onderwijs Institut Taman Siswa", dan direalisasikan bersama-sama di paguyuban Sloso Kliwonan.
Taman Siswa ini berpusat di Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, dan mempunyai sekolah cabang di banyak kota (129 cabang) di seluruh Indonesia sampai sekarang.
Prinsip dasar dalam pendidikan Taman Siswa yang sudah tidak asing di telinga kita adalah:
1. Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan kita memberi contoh)
2. Ing Madya Mangun Karso (di tengah membangun prakarsa dan bekerja sama)
3. Tut Wuri Handayani (di belakang memberi daya-semangat dan dorongan).
Nama masing-masing tingkatan dalam sekolah Taman Siswa adalah:
Taman Indria/Taman kanak-kanak (TK)
Taman Muda/Sekolah Dasar (SD)
Taman Dewasa/Sekolah Menegah Pertama (SMP)
Taman Madya/Sekolah Menengah Atas (SMA)
Taman Guru/Sarjana Wiyata atau Universitas (Universitas).
Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad S.A.W.
Muhammadiyah didirikan oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, yang dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912.
Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah.
Peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan. Pada tahun 1913 sampai tahun 1918 beliau telah mendirikan sekolah dasar sejumlah 5 buah, tahun 1919 mendirikan Hooge School Muhammadiyah yaitu sekolah lanjutan. Tahun 1921 diganti namanya menjadi Kweek School Muhammadiyah, tahun 1923, dipecah menjadi dua, laki-laki sendiri perempuan sendiri, dan akhirnya pada tahun 1930 namnaya dirubah menjadi Mu`allimin dan Mu`allimat. Muhammadiyah mendirikan organisasi untuk kaum perempuan dengan Nama 'Aisyiyah' yang disitulah istri KH. A. Dahlan, Nyi Walidah Ahmad Dahlan berperan serta aktif dan sempat juga menjadi pemimpinnya.
K.H. Ahmad Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922.
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik.
Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia.
INS Kayu Tanam
Engku Moehammad Syafei seorang yang berdarah Minang dilahirkan di Kalimantan Barat tepatnya di daerah Natan tahun 1895. Beliau adalah anak amgkat dari Mara Sutan dan Indung Khadijah.
Kayutanam adalah sebuah nama desa kecil di Sumatera Barat sedangkan INS sebuah lembaga pendidikan yang merupakan akronim dari Indonesche Nederlandsche School dan kemudian tersohor dengan nama RP Indonesche Nederlandsche School (Ruang Pendidik INS) Kayutanam. INS yang sekarang dikenal oleh masyarakat adalah singkatan dari Institut Nasional Syafei. Cikal bakal sekolah ini adalah milik jawatan kereta api yang dipimpin oleh ayahnya. Tanggal 31 oktober 1926 diserahkan kepada M. Syafei untuk mengelolanya dan kemudian tersohor dengan nama Ruang Pendidikan Indonesche Nederlandsche School (RP INS) Kayutanam. RP INS kayutanam tahun 1926 memiliki 75 orang siswa terdiri atas dua kelas (1A dan 1B) dengan bahasa pengantar bahasa Indonesia. Gedung sekolah RP INS Kayutanam dibangun sendiri oleh siswa tahun 1927 terbuat dari bambu beratap rumbia.
Berdirinya RP INS Kayutanam yang dipelopori oleh M. Syafei ini bertujuan untuk membangun pendidikan masyarakat Indonesia kearah yang baru yaitu memberikan kesempatan bagi berkembangaya kreatifitas siswa seluas-luasnya.karena pendidikan Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu kurang memperhatikan perkembangan rasa, kecakapan dan ketangkasa dan hanya memperhatikan aspek kognitif saja.
Karena membutuhkan lahan luas, maka pada tahun 1936 dilakukan pemindahan berangsur-angsur ke Pelabihan, 2 kilometer dari Kayutanam dan pada bulan November 1936 murid-murid sudah dapat belajar di Pelabihan. Proses pemindahan dari Kayutanam ke palabih selesai pada tahun 1939.
Pecahnya PD II 1941 INS diduduki secara paksa oleh Belanda dan proses pembelajaran terhenti. Setelah Jepang menang tahun 1942 RP INS berubah terjemahannya menjadi Indonesche Nippon School. Di waktu tetara Jepang berkuasa corak pendidikan di Sumatera Barat pada urnumnya mengalami perubahan yang besar. Semua nama sekolah dirubah dengan bahasa Jepang, yang dijadikan mata pelajaran wajib di setiap sekolah. Seikere (menghormat menghadap ke Jepang) harus dilakukan setiap pagi oleh guru dan murid secara bersama Taiso (senam masal) diwajibkan pada murid.Murid dilatih dengan latihan kemiliteran, seperti : Seinendan, Bogodan,Heiko, Giyugun, dan lain-lain yang semuanya ditujukan untuk kepentingan peperangan Jepang, yaitu Perang Asia Timur Raya.Di zaman ini pemebelajaran merosot tajam yang disebabkan oleh sulitnya memperoleh alat-alat pelajaran dan digunakan untuk bekerja serta berlatih demi kepentingan perang Jepang.
Pada zaman perang kemerdekaan INS ditutup.Gedung INS sendiri pernah beberapa kali dihancurkan pada tahun 1948 dihancurkan karena menjadi markas tentara Belanda yang ingin menjajah kembali diIndoneia.Tahun 1957/1958 kembali dihancurkan oleh tentara Indonesia karena keterlibatan Moh.Syafei dan beberapa pengurusnya atas pemberontakan PRRI ,INS dibiarkan terbelengkalai karena mereka mengungsi kepedalaman.
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar
Sundul gan! Ane ga kenal yang namanya spam...